Kenapa saya buat judul melintasi?
karena pendakian kali ini saya menggunakan rute Cibodas dan turun menggunakan rute Gunung Putri. Kenapa rutenya berbeda? Terserah saya dong 😋.
Sebenarnya, saya dan Imam salah menduga. kami pikir Gunung Putri yang kami maksud adalah Gunung Putri Citeureup yang lokasinya sama sama di Bogor. Saat di Cibodas kami baru mengetahui bahwa ternyata ada dua Gunung Putri di Bogor, dengan lokasi yang saling berjauhan.
Kenapa patas?
Bisa dibilang, perjalanan kami bisa dibilang lumayan ngebut dibanding waktu estimasi. dengan waktu libur dan personil yang hanya tiga orang. Termasuk saya didalamnya.
AC apaan?
Asa Cape hahaha. perjalanan kali ini cukup dibilang melelahkan pemirsa.
Awal perjalanan ini dimulai dari Bekasi. tempat saya tinggal saat itu.
tanggal 22 Juli 2019 saat sedang perjalanan ke Bandung, Ajeng dan Imam meminta merencanakan untuk pendakian ke G. Gede Pangrango. Saya lihat tanggal yang sekiranya bisa sekilas. Saat itu pula saya putuskan untuk berangkat 3 hari kemudian.
Skip 3 hari kemudian
26 Juli 2019 23:05 WIB
Saat itu saya sudah di KRL menuju Bogor. Ya, saya memutuskan untuk menggunakan transportasi umum. cukup murah dan nyaman dengan ransel yang cukup menyita tempat dan tenaga. Kurang lebih 10 ribuan saat itu.
SAAT ITU YA.
Per 1 Desember PT KAI Commuter Jabotabek (KCJ) menaikan tarif Bekasi-Bogor menjadi
Rp 13.500,-
Infonya valid ga?
Saya dapat dari Kompas, bisa silahkan dikoreksi jika saya atau bahkan Kompas salah.
Tiket Terusan KRL Bogor-Bekasi Termahal
Oke Lanjut
Dari Stasiun Bogor saya naik gojek ke Hotel Fave Bogor, lokasinya bersebrangan dengan Terminal Baranang Siang. Sampai disitu Imam dan Ajeng sudah bosan menunggu saya di pos polisi. Saya menyesal dengan kedatangan saya yang terlambat dari jadwal. Raut muka mereka cukup menakutkan saat itu. Terutama Imam hahaha.
Perjalanan dari Bogor kami lanjutkan menggunakan angkot jurusan Bogor-Cipanas. wujudnya masih satu kerabat dengan mobil setan jurusan Bogor-Sukabumi. Mereka mangkal didepan Hotel Fave.
Tarifnya Rp 30.000,- sekali jalan.
Waktu itu penumpangnya cuma satu orang. Jadi kami harus menunggu beberapa orang untuk berangkat. Berhubung sudah tengah malam, kami menawar untu berangkat dengan tarif yg kami sepakati, kalau tidak salah Rp 65000,- per orang. tinggal kalikan saja 3.
Lalu ada drama dari supir yang aslinya, ternyata yg tadi cuma calo doang. 😑
skip
Kami sampai di Cibodas.
Kami beristirahat sejenak. Pesan susu jahe panas di warung tempat kami singgah. Sambil packing ulang agar pembagian beban merata. Saya teringat sesuatu yang cukup penting. Kompor portabel tertinggal di kontakan saya. Sudah di packing padahal. terpaksa kami cari sewa kompor disitu.
Sedang panik karena kompor tertinggal, ada salah satu warga mendatangi kami menanyakan mau naik lewat mana. Kami saling pandang, emang disini (cibodas) ada berapa jalur pendakian? Dan saat itulah kami baru mengetahui bahwa Gunung Putri yang kami maksud dua tempat yang berbeda hahaha.
Kami memulai perjalanan menuju pos pendakian. Lagi lagi akibat ketidak tahuan kami, kami malah lurus terus memasuki area perkemahan. Pantas kami merasa aneh dengan jalurnya. Komedi memang.
Tiba di pos awal, kami menghadap petugas yang ada di lokasi. Ada pemeriksaan administrasi dan barang bawaan yang tidak diperbolehkan seperti tisu basah, pasta gigi, sabun, dll. Tindakan pencegahan ini diharapkan dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang diakibatkan barang barang tersebut. Tisu basah membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terurai, tidak seperti tisu kering. pasta gigi dan sabun mencemari air tanah bila tidak ada penanganan khusus. Berhubung aturannya memang seperti itu, kami pun taat dengan aturan tersebut dengan menyerahkan tisu basah yang tadinya akan kami bawa tanpa tahu bahwa itu dilarang. Perjalanan dari pos pemeriksaan menuju pos 1 kami tempuh dalam waktu kurang lebih satu jam. Dalam perjalanan kami tidak menemukan hal menarik, mugkin karena gelap jadi kami tidak terlalu memperhatikan sekitar.
Perjalanan berlanjut menuju pos 2.
|
Jembatan Rawa Gayonggong |
Saat itu kurang lebih jam 3 dini hari. Kami menerobos kegelapan malam. Perjalanan menuju pos pertama kurang lebih kami tempuh 50-60 menit. Ditengah perjalanan kami mendapati jalur yang memerlukan kewaspadaan lebih. Jalur tersebut semacam jembatan yang terbuat dari beton berbentuk potongan kayu yang kondisinya sudah agak memprihatinkan. Terdapat beberapa lubang yang cukup besar. Bila tidak hati hati kemungkinan besar terperosok di salah satu lubang tersebut. Lubang nya banyak pula.
Kabarnya disini lah salah satu tempat yang cukup mistis. Tapi berhubung saya bukan orang yang peka dan sering kena marah istri gara-gara hal ini, jadi menurut saya biasa biasa saja.
Padahal kalau perjalanan siang mungkin terlihat dan menjadi salah satu spot yang menarik loh.
|
Kondisi jembatan Gayonggong |
|
Lubang di jembatan Gayonggong |
Jembatan Gayonggong sudah kami lewati.
Jam 4.45 wib kami sampai di salah satu shelter. Menyempatkan sembahyang sembari istirahat sejenak. Disitu kami bertemu pendaki lain yang ingin menumpang sembahyang di shelter. Yang menariknya, mereka hanya membawa running bag yang bentuknya menyerupai rompi. Hanya membawa air minum ukuran 600 ml kurang lebih 2 buah. Hanya itu saja. Saat itu saya pikir mereka benar benar tidak bawa apa apa. Ternyata saat kami ditengah perjalanan kami bertemu dengan porter yang membawa perlengkapan mereka. menarik juga ide nya.
Seorang pemuda yang sering dibilang gila oleh teman nya sendiri tapi sering dicari buat dimintain tolong. Suka kucing, tidur, makan, hiking, traveling, fotografi dan nge-blog. Salam sayang buat si Dia