Sebelum kalian membaca ini, persiapkan hati kalian untuk kecewa karena ini adalah perjalanan paling konyol yang pernah saya lakukan. Ya, ini semacam peringatan bagi kalian karena ini bukan kisah perjalanan yang indah. Sekali lagi persiapkan hati anda agar tidak menyesal.
Agustus, saya saat itu sedang ada di Batam karena urusan pekerjaan. Sedang sibuk oleh proyek rehabilitasi jembatan Fisabilillah atau Barelang 1, Batam. Mengingat lokasi nya yang dekat dengan Singapura, membuat saya agak penasaran dengan negara yang satu ini. Saya pun mencari info soal traveling di negara Merlion tersebut. Sayang nya info yang saya dapat kurang lengkap, bahkan banyak informasi yang tidak valid. Mengecewakan memang.
Tak kehabisan akal. Keesokan hari nya, saya dihubungi oleh salah satu saudara jauh saya yang tinggal di Batam. Bang Andi namanya. Kami pun janjian di salah satu minimarket di daerah Sekupang. Sebelum berangkat ke Batam, saya memang sering menghubungi dia. Tapi karena kesibukan masing masing, kami belum sempat bertemu meskipun sudah sebulan lebih saya di Batam.
Akhirnya kami pun bertemu.
Ketika sedang makan siang bersama keluarga nya, dia tak sengaja menyebut lokasi kerja nya. Saya pun memberanikan diri (kebetulan juga saya memang pemberani) untuk bertanya soal lokasi tempat kerja nya. Dan ternyata saya memang tidak salah dengar, dia bekerja di Singapura. Mengobrol lah kami panjang lebar soal negara tetangga tersebut.
Setelah dirasa informasi yang saya dapat cukup, saya pun mencari beberapa money changer untuk perbandingan. Maklum kendala bajet, jadi harus irit, hehe. Setelah membandingkan beberapa tempat, saya pun membeli 50 SGD di Aviari dengan pertimbangan dolar nya sedang murah dan biar ga ribet kalo nanti akan berangkat.
Seperti nya memang sudah menjadi kebiasaan saya untuk berlibur di hari kerja. Bahkan meskipun tanpa direncanakan sekalipun, terlalu sering rasanya jika dibilang kebetulan. Agustus 2017, bertanggal 27 di hari minggu, ketika sedang sibuk berkutat dengan laporan yang tak kunjung selesai, entah kenapa siang itu saya ingin sekali pergi kemana saja. Sudah jenuh rasanya. Padahal biasa nya hari minggu masuk kerja pun sudah biasa. Sampai tengah malam, saya masih berkutat dengan laporan. Dan mengakibatkan saya tidur dini hari.
Menuju Singapura
Senin, 28 Agustus 2017, Setelah solat subuh saya tidur kembali hingga pukul 08.30 wib. Kondisi rumah sudah kosong. Kasur sebelah milik rekan kerja saya pun sudah rapi, menandakan tinggal saya sendiri di rumah. Saya bergegas mandi.
Setelah rapi dan akan berangkat kerja, ada whatsap dari rekan kerja yang menanyakan saya sudah bangun belum, dan meminta tolong untuk mengirimkan dokumen via email di HDD miliknya yang lupa ia bawa. Dia juga mengabari bahwa proyek hari ini sedang idle karena akses yang belum tersedia.
Mendengar berita seperti itu, saya bergegas ambil tas slempang (kata beberapa orang itu tas pinggang karna ukuran nya yang bisa dibilang agak kecil) yang saya gunakan untuk bekerja. Pesan ojek online menuju pelabuhan Batam Centre, Beli tiket feri untuk menyebrang ke Singapura. Cek imigrasi. Tak butuh 15 menit saya sudah ada di ruang tunggu. Tak lama kemudian, feri yang saya akan tumpangi sudah memanggil para penumpang agar segera masuk. 5-10 menit feri pun berangkat. Oh iya, feri yang saya gunakan adalah Queen Star 5. Dibanding feri yang sedang merapat, ini cukup untuk dibilang mewah.
Perjalanan memakan waktu kurang lebih 45 menit. Nama provider di handphone saya yang sedang saya mainkan berubah menjadi Sing-Tel ketika sudah masuk teritorial laut Singapura. Pemandangan pertama yang menyita perhatian saya adalah patung Merlion berukuran besar yang terlihat cukup jauh meskipun feri belum berlabuh. Dalam hati "ah, saya harus kesana!"
Akhirnya berlabuh.
Dan hal konyol pun terjadi. Kalo orang kampung baru pertama kali ke negara tetangga mah keliatan banget kaya nya. Celingak celinguk kaya orang kesasar, padahal mah emang gatau apa apa :D
Kekonyolan pun masih berlanjut. Saat sedang antri imigrasi, saya dipanggil pihak imigrasi. Percayalah, meskipun lagi seneng senengnya karena bisa nyebrang kesini, kalo udah dipanggil imigrasi mah bakal keder juga. Saya diwacancara di dekat pintu masuk. diliat pasport dan dokumen saya. Dirasa kurang meyakinkan, saya dibawa ke suatu ruangan untuk menunggu. Kalian tau lah ruang isolasi nya imigrasi seperti yang ada di film film, ada lumayan banyak orang yang menunggu disana, dengan kewarganegaraan dan permasalahan imigrasi yang berbeda beda pula.
Tak sampai 10 menit saya dipanggil lagi. Diwawancara lagi oleh 2 orang petugas imigrasi. Yang satu pake bahasa Melayu, yang satu Inggris. Mereka bertanya tujuan saya mau kemana, saya jawab "hanya jalan jalan, sore nanti awak pulang, just one day trip". Kemudian mereka minta memperlihatkan isi tas saya, saya pun menuruti keinginan mereka. Di bagian ini wajah mereka sedikit sangsi, karena isi tas selempang saya hanya uang 50 SGD, sebungkus kuaci, pasport, charger hp, powerbank dan botol mineral yang sudah diminum sedikit. "Really? Kau seius kesini mau melancong? Dengan uang segini?" Dengan nada tak percaya. Saya hanya nyengir.
Oh iya, pendapatan dan pengeluaran di Singapura memang terbilang cukup tinggi. Untuk seorang pengasuh lansia disana bisa mencapai 700 SGD per 2 minggu. Maka nya dibanding dengan uang yang saya bawa, gembel disana mungin lebih kaya :D
Karena keterangan saya dan barang yang saya bawa tidak meyakinkan, petugas imigrasi meminta saya menunjukan foto foto yang ada di galeri saya. Di galeri foto saya memang banyak foto progres project, dan mungkin karena keterangan yang saya berikan dengan yang foto yang ada di galeri cocok, mereka pun akhir nya menyudahi mengintrogasi saya hahaha.
Akhirnya petugas imigrasi mengijinkan saya untuk keluar. Sambil memberikan saran beberapa tempat yang bisa dikunjungi tanpa menguras dompet tentunya. Secara dia kan tau duit yang saya bawa hahaha.
Keluar dari pelabuhan saya berjalan ke arah barat (bukan nyari kitab suci loh). Tidak jauh dari situ terdapat Universal Studio Singapore, tentu nya patung merlion yang menjadi tujuan utama saya. Dari pelabuhan ke Universal ditempuh dengan berjalan kaki, dan trotoarnya benar benar mewah menurut saya.
Universal Studio Singapore
|
Universal Studio Singapore |
Yeah, akhirnya sampai juga kesini. Saya berkeliling di area tersebut mencari patung merlion yang saya lihat ketika masih di dalam feri. Sudah puas berkeliling, saya tidak menemukan patung merlion, yang ada hanya pintu masuk Universal Studio. Saya mulai curiga jangan jangan lokasi nya ada didalam Universal Studio. Waktu itu kalau tidak salah tiket masuk nya 50 SGD. Pengen masuk sih tapi dengan pertimbangan masih banyak lokasi yang belum didatangi, saya pun membatalkan niatan saya. Saya bertanya kepada staff disana lokasi merlion yang ternyata harus dilalui menggunakan Sentosa monorail, dan kabar baik nya adalah bisa digunakan secara gratis selama di area Sentosa. Dari tempat pertama dibutuhkan 2 kali perhentian. Oh iya, di dalam monorail dan stasiun terdapat fasilitas free wifi loh. Setelah sampai di stasiun yang dituju, dan sedikit bertanya pada staff yang ada disitu, akhirnya saya sampai juga di patung merlion. Tapi setelah beberapa saat saya agak merasa aneh karena yang saya lihat di foto kawan saya berbeda dengan yang saya lihat sekarang.
|
Merlion Sentosa |
Setelah bertanya ke beberapa staff (lagi), akhirnya saya tau ternyata itu patung merlion di lokasi yang berbeda, yaitu di Marina Bay.
Perlu dicatat: nanya ke staff karena nanya ke orang di negara tetangga ga semua mau bantu kaya di Indonesia. Masih bagusan Indonesia emang kalo soal tolong menolong mah, apalagi kalo naik motor masuk jalur busway dan didepannya ada polisi, tolong menolong banget deh :D
Setelah puas berkeliling dan berfoto di arean tersebut, saya pun bingung ke arah mana lokasi yang harus saya tuju. Berhubung sudah siang, saya mencari tempat makan halal dan murah di area tersebut. Kalo menurut info dari bang Andi sih sebelum pintu masuk Universal ada foodcourt makanan Melayu. Ternyata memang benar, lokasi nya disamping tempat karaoke hologram K-Pop. Untung nya saya bukan K-Popers, kali iya bisa bisa saya malah masuk kesana dan gajadi makan :D
Saya pesan satu paket nasi lemak seharga 6 SGD.
|
K-Pop Hologram, lokasi nya samping foodcourt. |
Setelah makan saya kembali ke stasiun untuk numpang wifi hehe. Senang sekali rasanya bisa kembali online. Kesempatan ini saya gunakan untuk menghubungi bang Andi yang memang bekerja disini. Dari penjelasan yang didapat, saya harus pergi ke VivoCity menggunakan Sentosa monorail. Sentosa monorail memang gratis selama kita didalam aera Sentosa, tapi kalo kalian naik nya dari VivoCity ya beda cerita, kalian harus bayar. Ternyata di banyak lokasi terdapat fasilitas free wifi, salahsatu nya VivoCity.
Saran: kalo kalian berencana lumayan lama di negara ini, mending beli E-money EZ Link atau semacamnya karena ga ribet dan lebih ekonomis. Kalo trip kalian bentar, mending gausah.
Dan kalo naik bus usahakan bayar pakai receh atau uang pas, karena supir bis tidak menerima kembalian.
Dari seberang VivoCity bisa naik bus 57, 100, atau 131 ke arah Marina Bay dengan biaya 1,25 SGD. berhubung pertama kali nya saya naik bis disini, ketika naik saya langsung bertanya cara bayar nya gimana hahaha. Si supir pun tertawa. Saya nyengir. Dia menunjukan tempat semacam box untuk memasukan uang dan menanyakan tujuan saya. Saya jawab ke Fullerton Hotel. Dia pun memberitahu berapa yang harus saya bayar. Berhubung saya tak punya receh, saya membayar 2 SGD. Si supir bertanya apakan saya tau bahwa tidak ada kembalian? Saya jawab ya. Dia bilang terima kasih banyak. Oh iya, transportasi umum disana memakai E-money termasuk MRT, monorail dan bis.
Dari depan hotel Fullerton sudah terlihat Marina Bay. Lokasi utama yang saya tuju. Merlion. Setelah turun dari bis, meskipun tinggal jalan kaki sedikit, saya sudah tidak sabar sekali ingin segera sampai ke lokasi Merlion.
|
Ketemu Merlion yg diharapkan |
|
Merlion Marina Bay |
Ya. Akhirnya saya sampai juga di patung ikonik yang satu ini. Keluar lah norak nya saya. Berkeliling, berfoto dari banyak sudut yang berbeda, berfoto pake pose aneh, bikin Instastory meskipun lg ga bisa internetan. Di seberang Merlion ada hotel megah dengan perahu diatasnya, Marina Bay Sands.
Dari Merlion saya melanjutkan ke arah timur, yang mana disitu terdapat Durians building atau Esplanade theatre, tempat pertunjukan seni dan konser skala internasional berlangsung. Untuk lebih lengkap nya bisa diliat di
wikipedia tentang esplanade. Oh iya, tanggal 4 Mei 2018 ini Dua Lipa bakal ngadain konser disana.
Setelah mampir bentar saya melanjutkan jalan kaki menuju
Singapore Flyer. Semacam ferris wheel atau bianglala dengan ukuran yang lebih besar dibanding yang ada di di Dufan dan 24 jam nonstop. Artinya kalian pas naik juga dalam keadaan bergerak. Tapi kalem aja, kecepatannya pelan ko, menyesuaikan dengan waktu yg dibutuhkan penumpang untuk naik/turun. Waktu itu tiket masuknya 33 SGD. Durasi nya kurang lebih 37 menit.
Setelah puas, saya pun pergi ke Supertree Grove yang letaknya memang satu area dengan Gardens By The Bay, lokasi nya di belakang Marina Bay Sands kalau dari merlion, sebelah barat dari Singapore Flyer. Menurut saya sih lokasi nya dekat, oleh karena itu saya memutuskan untuk berjalan kaki kesana. Kalau kalian naik MRT bisa turun di stasiun Bayfront atau di stasiun Gardens By The Bay.
|
Supertree Grove dari pintu masuk |
|
Salah satu akses menuju Supertree dari Marina |
Untuk masuk ke sini gratis, hanya saja untuk ke Cloud Florest dan Doom Gardens By The Bay dikenakan biaya 28 SGD dan untuk berjalan di skywalk supertree dikenakan biaya 8 SGD. Ini adalah area yang membuat kaki saya pegal, soalnya area nya luas banget :D
|
Supertree Grove at Gardens By The Bay |
Karena terlalu asik sendiri, eh terlalu asik menikmati area yang satu ini, saya sampai lupa waktu. Ketika saya lihat handphone saya ternyata sudah pukul 16.30, padahal saya masuk kesini sekitar pukul 13.00 :D
Saya memutuskan untuk pulang. Dari area tersebut ternyata kita bisa masuk ke hotel Marina Bay Sands loh, meskipun cuma numpang lewat, hehe.
|
Marina Bay Sands dan Singapore Flyer |
|
Bagian dalam Marina Bay Sands |
Dari situ saya masih berjalan kaki melewati Helix bridge, Arsitekturnya menyerupai double DNA. Sayang nya saya melewati nya ketika sore, karena kebanyakan orang orang datang ke lokasi ini ketika malam hari saat lampu lampu nya menyala. Ya mungkin belum waktu nya saya mendapat view tersebut.
|
Helix Bridge ketika sore hari |
|
Inside Helix Bridge |
Di Helix Bridge disediakan spot untuk menikmati matahari terbenam. selain itu kalian bisa melihat stadion terapung, The Float.
|
The Float Stadium |
Ketika saya masih menikmati senja disana, ternyata da pesan dari bang Andi yang mengajak pulang bareng. Mengakibatkan saya langsung mencari halte terdekat untuk menuju VivoCity. Dan ketika sedang menuju halte ternyata saya menemukan Merlion versi lain, dengan ukuran lebih kecil dibanding yang sudah saya temui sebelumnya. :D
|
Merlion versi mini |
Kalau kalian berminat kesana dan butuh jasa guide dan fotografer, saya bersedia ko, asal diongkosin :D