Light Travel yang saya maksud disini adalah barang bawaan saya yang benar benar sedikit dibanding biasanya. Biasanya saya pergi ber-traveling dengan membawa banyak perlengkapan.
Hal yang saya persiapkan? Hanya kamera X-A2 dengan baterai terisi penuh. Lensa yang saya gunakan adalah lensa XF 35mm F2. Selain itu isi tas saya hanya jas hujan berbahan semi karet berwarna pink. Sisanya Ajeng yang urus, hehe.
Hal pertama yang saya pikirkan saat itu adalah "saya mau maen, kemana aja yang penting pergi dari kosan mumpung lagi stop work". Oh iya, saat itu saya masih sedang masih ada kerjaan di salah satu proyek BUMN di daerah Cawang-Kampung Melayu. Dan yang saya lakukan adalah menghubungi kawan saya yang ada di bandung, Ajeng si anak rimba :D
Dan kawan saya yang lain nya, sebut saja Yogi, menghubungi saya bahwa dia juga akan menunggu saya di sekitaran Soreang. Dan dia membawa pasukan juga berjumlah 5 personel.
Singkat kata Ajeng bersedia mempersiapkan beberapa hal termasuk kendaraan menuju lokasi. Oh iya, tujuan kali ini adalah Ciwidey. Ya, Ciwidey adalah salah satu kecamatan di kabupaten Bandung, terletak di sebelah selatan kota Bandung dan berjarak kurang lebih 50 km. Untuk lebih lengkapnya bisa baca di
Wikipedia tentang Ciwidey.
Saya berangkat pukul 18.35 wib dari pool bus primajasa di daerah Cawang Jakarta Timur. Dengan ongkos tiket Jakarta-Cileunyi Rp. 40.000. Perjalanan menuju Bandung memakan waktu 5,5 jam yang diakibatkan oleh kemacetan pembangunan proyek tol Japek. Saya sampai di bandung pukul 11.30 wib.
Jika kalian berminat menggunakan sarana angkutan umum, kalian harus menuju terminal Leuwi Panjang terlebih dahulu. Mencari angkot menuju Soreang, yang kemudian melanjutkan lagi ke Ciwidey. Saya lebih memilih sewa motor harian dengan tujuan bisa lebih leluasa menjelajah Ciwidey dan sekitarnya. Saat itu saya menggunakan jasa rental motor Dahana dan bisa kalian cari di google (bukan endorse).
Pukul 01.30 wib saya dan Ajeng berangkat menggunakan 2 buah motor. Ketika masih di sekitaran jalan Soekarno-Hatta kami berhenti untuk mengisi bahan bakan dan membeli beberapa makanan. Dan adegan yang terjadi selanjutnya adalah saya dan Ajeng kebut kebutan di jalanan Bandung kota sampai di Ranca Upas yang benar benar kosong tanpa ada hambatan kecuali lampu merah.
Maafkan kami Bandung, membuat jalanan mu berasa sirkuit balapan.
Pukul 03.00 wib dini hari kami pun sampai di lokasi tujuan pertama kami, yaitu Ranca Upas. Saat itu saya kehilangan kontak dengan Yogi yang sudah sampai lebih dahulu dibanding kami.
Kenapa Ranca Upas?
Menurut saya pribadi, tempat ini merupakan salah satu tempat berkemah yang cukup bagus. View nya juga tidak mengecewakan. Fasilitas dan arena bermain lain nya juga cukup banyak. Disana juga ada penangkaran rusa, yang pernah digunakan untuk syuting video klip nya Raisa tercintah, hahaha.
Meskipun akses jalan nya benar benar rusak, sangat jauh dibanding ketika saya datang pertama kali ke tempat ini.
Untuk mengakses tempat ini dikenakan biaya oleh Perhutani sebesar Rp. 50.000,- untuk 2 orang dan 2 motor. Kalau tidak salah, tiket per orang Rp. 10.000, untuk berkemah Rp. 15.000, lalu parkir 2000 per motor.
Jika kalian ga bawa apa-apa seperti saya. Tenda, sleeping bag, matras dan peralatan berkemah lain nya bisa kalian sewa di dekat lokasi parkir motor. untuk harga nya bervariatif, tinggal pinter pinter nya kalian nawar aja.
Untuk registrasi, loket buka selama 24 jam. Jadi tenang saja kalau kalian datang malam atau dini hari macam saya, itu juga kalo kalian kuat dengan dingin hehehe.
Di area paling ujung yang saya kira masih sepi tapi ternyata sudah penuh, saya dan Ajeng mendirikan tenda. Pada saat itu sedang gerimis dan angin nya lumayan kencang. Jadi kami hanya mendirikan tenda ala kadarnya, yang penting jadi dan kami bisa beristirahat.
Pukul 04.15 kami bangun. bersiap siap untuk solat subuh dan melihat sunrise. Pukul 04.30 setelah selesai solat kami bergegas menuju spot terbaik yang tersedia. Saat itu masih agak mendung. Sunrise yang kami harap agak sedikit mengecewakan. Kabar baiknya, mendung nya tak berlangsung lama. Kami masih sempat melihat matahari merangkak naik.
|
Numpang eksis bentar hehe |
|
Ajeng si anak rimba |
|
Tenda yang saya gunakan |
Setelah puas menikmati Sunrise dan berfoto, kami menuju tempat penangkaran rusa. Lokasinya berada tidak jauh dari tempat kami mendirikan tenda. Untuk masuk ke penangkaran tidak dikenakan biaya. Disitu disediakan 2 macam makanan untuk rusa jika kita ingin memberi makan rusa dipenangkaran. Ada wortel yang seikat harga nya Rp.10.000 - Rp.15.000. Dan kangkung yang
per ikat nya Rp.5000 - Rp.10.000.
Saat itu saya memberanikan diri untuk memberi makan rusa tersebut dengan wortel. Awalnya sedikit takut karena memang pertama kali nya untuk saya. Ternyata rusa nya jinak ko.
|
Ekpresi takut yang ditahan karna tau pasti bakal difoto |
Setelah puas dari penangkaran, akhirnya ada kabar dari Yogi, yang ternyata sudah ada di Patenggang.
Kami pun merapihkan tenda dan megembalikan peralatan lain nya yang kami sewa.
Kami bergegas menuju Patenggang.
Kami sampai di Patenggang. Tapi tak melihat tanda tanda Yogi ada disana. Kami pikir Yogi sudah ada didalam area. Kami pun masuk dengan prasangka, Yogi sudah didalam.
Oh iya, tiket masuk nya Rp.25.000/orang. Untuk parkir tergantung lokasi, saya ambil tempat parkir di paling ujung warung, dan ternyata tidak dikenakan biaya parkir alias gratis.
Setelah berkeliling didalam dan tak menemukan Yogi, saya mulai curiga. Saya pun menghubungi Yogi. Ternyata dia ada di pemandian air panas Walini, bukan situ Patenggang. Agak sedikit kesal memang karna ketidak jelasan kabar. Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya kami pun berkumpul. Kami menyempatkan berfoto di area tersebut. Sayang nya tak lama setelah itu hujan turun.
|
Situ Patenggang |
|
Salah fokus |
|
Yogi dengan latar Situ Patenggang |
Ketika akan menuju Kawah Putih, ternyata ban motor saya mengalami bocor. Saya pun terpaksa berpisah dengan rombongan. Saya bergegas mencari tambal ban, yang ternyata ada di dekat pintu masuk Kawah Putih. Setelah selesai, hujan masih belum reda. Tetapi waktu mengharuskan saya kembali ke Jakarta segera. Akhirnya saya pamit meninggalkan rombongan duluan. Karena rombongan memutuskan untuk tetap masuk meskipun hujan.
Seorang pemuda yang sering dibilang gila oleh teman nya sendiri tapi sering dicari buat dimintain tolong. Suka kucing, tidur, makan, hiking, traveling, fotografi dan nge-blog. Salam sayang buat si Dia